fbpx

Skill Untuk Mengendalikan AI – Ep. #102

Bismillah.. 

Selamat datang di KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast episode 102. 

Di awal tahun 2023 ini Kita dihebohkan dengan salah satu produk Artificial Intelligence atau AI, yaitu Chat GPT dari OpenAI. 

Chat GPT menjadi bahan pembicaraan dimana-mana. Bahkan ada yang bilang AI ini digadang-gadang menggantikan Google di masa depan.  

Namun di episode ini saya tidak akan membahas tentang hal itu. Yang akan saya bahas adalah tentang bagaimana persiapan kita dalam menghadapi dan menggunakan AI kedepannya. 

Apa itu AI? 

Artificial Intelligence atau AI dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai kecerdasan buatan. 

AI berfokus pada pembuatan mesin atau sistem yang dapat melakukan tugas yang biasanya dilakukan oleh manusia, seperti memahami bahasa alami, membuat keputusan, belajar dari pengalaman, dan berkomunikasi. 

Tujuan dari AI adalah untuk membuat mesin yang dapat bekerja dan berpikir seperti manusia, dan melakukan tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan manusia.

Sebelum Chat GPT dari openAI heboh, AI ini sudah ada jauh sebelum itu. 

Saya pribadi sejak tahun 2020 sudah lebih dulu menggunakan AI untuk keperluan pekerjaan.

Sebut saja ada Krisp : AI untuk menghilangkan noise pada suara. 

Ada juga Copy, Nichess dan juga Jasper yang merupakan AI untuk membantu membuat tulisan, copywriting dan caption dengan lebih mudah. 

Dengarkan KIRIM.EMAIL Podcast di aplikasi favorit Anda sekarang

Bagaimana menghadapi era AI? 

Beberapa waktu yang lalu pernah heboh juga tentang web 3.0. Banyak yang bilang bahwa web 3.0 ini adalah tentang kripto. 

Tetapi saya punya argumen lain. Saya berpendapat bahwa AI inilah yang akan menjadi web 3.0 di masa depan. Saya menyebutnya dengan internet berbasis AI. 

BACA JUGA :   Episode 52 – Micro Influencer, Nano Influencer, Bermanfaatkah Bagi Bisnis? Bersama Rade Tampubolon

AI sebagai asisten yang handal

Saat ini AI sudah bisa menjadi asisten yang sangat bisa diandalkan. 

Saya banyak menggunakan AI untuk berbagai aktivitas, seperti : membuat layout materi presentasi, menulis iklan, ads copy dan copywriting. 

Selain itu AI juga membantu saya menyempurnakan cold email hingga mendapatkan rangkuman sebuah buku atau video yang durasinya panjang. 

Tidak hanya itu, AI juga bisa membuat gambar tanpa masalah hak cipta.

Apa yang saya lakukan dan mungkin juga yang Anda lakukan dengan AI berada di tahap awal pengembangan AI. 

Saya merasa sangat terbantu terutama saat Saya butuh insight atau masukan yang sifatnya general. Contohnya saat saya butuh alternatif aplikasi email client, maka AI merekomendasikan aplikasi yang lainnya. 

AI sebagai gaya belajar masa depan

Dulu masa para sahabat rasul, guru menjadi tempat bertanya oleh murid-muridnya. Namun sekarang dan mungkin di masa depan gaya belajar ini akan berubah. 

Sekarang saja untuk pertanyaan umum bisa kita tanyakan ke Google. 

Namun untuk pertanyaan yang spesifik, seperti bagaimana cara mengatasi bug pada sebuah kode program, maka AI adalah tempat yang tepat untuk bertanya. 

Skill yang dibutuhkan untuk menggunakan AI

Sebagai manusia, kita bisa meningkatkan daya ungkit melalui komunikasi dan leadership. Manusia bisa di briefing tetapi demikian dengan AI. 

AI adalah mesin. Dan mesin paling canggih di dunia pun pada dasarnya bodoh. Karena mesin harus diajarkan semua hal supaya bisa melakukan tugasnya secara spesifik. 

Contohnya KIRIM.EMAIL sebagai mesin pengiriman email. KIRIM.EMAIL tidak tahu kemana harus mengirim email jika penerimanya tidak aktif.

Supaya itu bisa berjalan semestinya, maka programmer harus mengajari mesin apa yang harus dilakukan jika sebuah kondisi tidak terpenuhi. 

BACA JUGA :   Pemimpin Terbang Tenggelam – Ep. #97

Jika tetap dibiarkan dan tidak diajari, maka mesin akan menimbulkan masalah yang lebih besar dan serius. 

Begitu juga AI. 

Walaupun ada kata kecerdasan, AI tetap mesin. Tugasnya hanyalah mengumpulkan data, memproses dan menyajikannya. 

Namun sebelum itu tetap harus diajarkan oleh programmer atau kita sebagai operator terlebih dulu bagaimana AI harus melakukannya. 

Kita harus mengajarkan AI dengan model-model tertentu baru supaya bisa menghasilkan seperti apa yang kita inginkan. 

Namun semakin kesini AI sudah bisa kita perintah tanpa perlu mengajarkannya. Perintah ini disebut dengan prompt. Kalau prompt nya tepat maka hasil nya pun juga tepat.

Untuk bisa menentukan prompt yang tepat, setidaknya kita harus 2 punya skill berikut ini. 

Skill #1 : Membuat pertanyaan yang tepat

Dengan kita memberikan pertanyaan yang tepat maka AI akan menghasilkan jawaban yang tepat pula. 

Sering saya sampaikan di episode-episode sebelumnya kalau pertanyaan yang tepat lebih penting dari jawaban yang tepat. Karena jawaban yang tepat tapi mengarah ke arah yang salah itu menghabiskan waktu. 

Banyak pertanyaan yang bagus, tetap tidak semuanya tepat. Dan pertanyaan yang tepat belum tentu ada jawabannya. 

Maka dari itu menemukan pertanyaan yang tepat jauh lebih penting daripada menemukan jawabannya. 

Prinsip tersebut juga bisa diterapkan ke AI. 

Bagaimana cara menemukan pertanyaan yang tepat? 

Untuk bisa menemukan pertanyaan yang tepat maka skill yang harus anda latih adalah skill observasi atau skill mengamati. 

Milton Erickson seorang penulis dan master hipnoterapis menemukan metode hipnosisnya berawal dari pertanyaan yang tepat. 

Dan pertanyaan-pertanyaan itu beliau peroleh dari melakukan observasi saat menderita kelumpuhan. 

BACA JUGA :   Episode 23 – Setelah Skill, Lalu Apa?

Sehari-hari tidak ada aktivitas lain selain di berbaring tempat tidur. Saat-saat itulah beliau mengamati orang-orang disekitarnya. Kemudian menemukan 16 cara orang mengatakan tidak yang menjadi bagian dari metode hipnotisnya. 

Dari situ bisa kita ambil kesimpulan bahwa dengan melakukan observasi akan memicu pertanyaan yang tepat. 

Dengan begitu kita bisa meneruskan pertanyaan yang tepat tersebut ke AI. 

Bagaimana cara melatih observasi? 

Cara untuk melatih observasi salah satunya adalah dengan melakukan sesuatu yang membosankan. Sama seperti yang dilakukan MIlton Erickson yang bosan karena setiap hari hanya berbaring di tempat tidur. 

Saya sendiri pun lebih sering membuat bosan terhadap sesuatu. Misalnya ketika menunggu di stasiun atau bandara. Saya sengaja tidak melihat smartphone. Saya buat bosan diri saya yang kemudian memicu saya untuk peka dan melakukan observasi keadaan di sekitar. Supaya hasil observasi tidak hilang begitu saja, maka saya tuliskan di buku catatan yang saya bawa kemanapun saya pergi. 

Jadi bosan akan memicu orang untuk melakukan observasi. Dan observasi akan memicu untuk menghasilkan pertanyaan yang tepat. 

Skill #2 : Imajinasi

Skill yang kedua adalah imajinasi. 

Walaupun AI bukan seniman, tapi AI bisa menghasilkan karya desain grafis yang luar biasa bagus. 

Supaya hal itu bisa terwujud maka kita harus punya imajinasi terlebih dahulu mengenai hasil akhirnya seperti apa. Baru detail-detailnya kita berikan ke AI untuk kemudian diproses berdasarkan kriteria yang kita tentukan. 

Jadi dengan 2 skill tersebut bisa kita gunakan untuk menentukan prompt yang tepat untuk AI. Saat saya merekam ini ada sebuah perusahaan bernama Anthropic sudah membuka lowongan yang bernama prompt engineer. Tugasnya adalah memerintah AI sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan.

Di akhir, guru saya pernah memberikan nasihat bahwa semakin besar skala bisnisnya, seorang pengusaha harus semakin detail memahami bagaimana bisnisnya berjalan. Supaya bisa paham dengan hal-hal detail maka kita harus bisa peka dan sering-sering melakukan observasi. 

Sedangkan imajinasi akan menghasilkan inovasi. 2 skil diatas penting untuk seorang pengusaha dan jadi lebih penting lagi dengan adanya AI. 

Mudah-mudahan bermanfaat dan sampai bertemu di KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast episode berikutnya. 

Fikry Fatullah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *